Diberdayakan oleh Blogger.
On Rabu, 18 Agustus 2010 0 komentar

Produksi batubara nasional yang meningkat serta ekspektasi naiknya permintaan di pasar global membuat industri di sektor ini tak pernah kehilangan peminat. Tak hanya investor lokal tetapi juga asing. Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) yakin bahwa produksi batubara lokal tahun ini secara keseluruhan mampu mencapai 250 juta ton. Angka itu bertambah, dimana produksi batubara pada 2010 diperkirakan akan mencapai 270 juta ton. Di lain sisi, negara pengekspor sumber energi tersebut, kini terlihat mulai mengambil posisi di Indonesia. Salah satunya China, yang mulai melirik perusahaan tambang batubara dalam negeri untuk kerjasama. Selain untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar pembangkit listriknya, juga untuk mendiversifikasi cadangan devisa. Misalkan saja China Investment Corporation (CIC) yang menandatangani perjanjian investasi senilai US$ 1,9 miliar atau sekitar Rp 19 triliun dalam format instrumen sejenis utang kepada PT Bumi Resources (BUMI).
Sebagai salah satu dari lembaga investasi terbesar dan terkemuka di dunia, CIC melihat prospek bisnis batubara yang menjanjikan di Indonesia. Manajemen BUMI dalam informasi tambahannya kepada BEI menyatakan transaksi tersebut tidak material karena berupa transaksi pembiayaan kembali (refinancing), sehingga investasi ini dianggap bukan pinjaman baru. Adapun sisa dana tersebut akan digunakan untuk ekspansi produksi batubara BUMI yang kini sebesar 60 juta ton menjadi 100 juta ton (2011-2012). Jaminan pinjaman tersebut berupa saham BUMI di perusahaan batubara (diperkirakan KPC dan Arutmin). Perusahaan lokal pun tak mau ketinggalan. Salah satunya PT AKR Corporindo (AKRA) yang saat ini sedang melakukan proses uji tuntas terhadap PT Anugrah Karya Raya, yang bergerak di sektor pertambangan. Aksi ini untuk mendukung ekspansi di masa yang akan datang. Pada 5 Mei lalu, AKRA melakukan perjanjian gadai saham PT Jakarta Tank Terminal (JTT) terkait dengan transaksi penjaminan fasilitas kredit US$ 60 juta.
Ketertarikan itu juga dipicu kinerja positif yang ditunjukkan beberapa emiten batubara di tanah air. Salah satunya saham PT Indo TambangRaya Megah (ITMG), yang pada semester pertama kemarin, juga cukup positif, dengan laba bersih naik 129%. Kemudian marjin usaha naik dari 19% ke 32%, sedangkan average selling price (ASP) naik dari US$ 60 ke US$ 79 per ton. Vice President, Research & Analysis Valbury securities Nico Omer Jonckheere masih memberi rekomendasi beli terhadap beberapa saham batubara, terkait leverage terhadap kenaikan harga batubara paling besar. Ia pun menargetkan harga ITMG dapat mencapai Rp 41.700. "Investor bisa buy on weakness di level Rp 24.200," jelasnya.
Saham lain yang disarankan Nico adalah PT Adaro Energy (ADRO), menyusul rencana perseroan untuk memperoleh pinjaman sebesar US$ 500 juta dari sindikasi 12 bank lokal dan asing serta kemungkinan pembelian 3 juta ton batubara ADRO oleh Indonesia Power untuk memenuhi kebutuhan 3.400 MW pembangkit listrik tahun depan. "Kami rekomendasikan beli dengan target harga mencapai Rp 2.675," ujarnya. Menurutnya, kinerja perseroan cukup posiitif, dengan laba bersih naik 1.507%, dengan marjin usaha naik dari 21,4% ke 38,2%. Selain itu, perseroan juga berencana mengakuisisi tambang batubara milik BHP Billiton dan menaikkan produksi menjadi 80 juta ton/tahun. sumber : inilah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar